Assalamu’alaikum
man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan
kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Vokal, konsonan, dan diftong.
Selamat membaca.. J
_________________________________________________
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berbicara tentang fonologi berarti
kita sedang berbicara tentang bunyi bahasa, karena objek kajian dari ilmu
al-ashwat adalah bunyi dan perihal yang bersangkutan dengannya.
Bunyi sendiri
pada mulanya diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu bunyi vokal dan konsonan.
Perbedaan dari keduanya dapat kita cermati dari proses fonasinya dimana bunyi
vokal terjadi tatkala udara dari paru-paru dengan pita suara sedikit terbuka
lalu udara tersebut keluar tanpa adanya hambatan, sedangkan konsonan mendapat
hambatan dan kondisi pita suara terkadang terbuka agak lebar.[1]
Dalam perkembangan selanjutnya
ternyata didalam bahasa juga ada satu bunyi yang tersusun dari dua vokal
sekaligus, bunyi ini dalam kajian fonologi disebut dengan nama diftong. Diftong
sendiri bukanlah konsonan ataupun vokal, melainkan ia merupakan semi vokal yang
terdiri dari dua vokal akan tetapi menghasilkan satu bunyi. Dari kedua vokalan
itu diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan turun. Dalam bahasa Arab
kajian tentang diftong hanya ada dua bentuk yaitu ya’ sukun atau wau sukun yang
didahului fathah, keduanya masuk dalam diftong naik. Pertanyaan selanjutnya
ialah bagaimana proses artikulasi diftong tersebut. Hal ini menarik karena ia
mengandung dua macam vokal sekaligus. Lalu kita sebagai mahasiswa pendidikan
bahasa Arab bertanya-tanya, seperti apakah diftong dalam bahasa Arab?[2]
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa pengertian diftong bahasa Arab?
2.
Apa saja macam-macam diftong bahasa
Arab?
3.
Bagaimana proses artikulasi
diftong Arab?
PEMBAHASAN
1.
Diftong
Diftong adalah dua vokal berurutan
yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, atau disebut juga sebagai gabungan
bunyi dalam satu suku kata.[3]
Dalam diftong, posisi lidah ketika memproduksi bunyi, pada bagian awal dan
bagian akhir tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah,
bagian lidah, dan strikturnya. Namun bunyi yang dihasilkan bukan dua bunyi
melainkan satu bunyi karena berada dalam satu silabel.[4]
Contoh diftong dalam bahasa Arab adalah [أو],
seperti terdapat dalam kata اليوم.[5]
Contoh lain adalah bunyi [اي] seperti terdapat
dalam kata أين.
2.
Macam
– macam diftong bahasa Arab
Diftong juga dikenal dengan istilah
vokal rangkap karena ia terdiri dari dua vokal akan tetapi membentuk satu bunyi
karena bunyi tersebut berada dalam satu silabel. Karena terdiri dari dua vokal
itulah nantinya kita bisa membuat pengklasifikasian diftong. Dari sana kita
akan dapatkan macam-macam diftong nantinya.
Diftong sering dibedakan berdasarkan
letak atau posisi unsur-unsurnya.[6]
Yang dimaksud unsur-unsur tersebut ialah dua vokal yang menyusun suatu diftong
itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud letak atau posisi disini adalah tinggi
rendahnya suatu vokal.
Selanjutnya diftong dibagi menjadi
diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama
posisinya lebih rendah dari posisi bunyi kedua, sebaliknya disebut diftong
turun apabila bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
Melihat pembagian diftong dalam
bahasa Arab menurut imam Jizri yaitu apabila ada ya sukun yang didahului fathah
/ai/ dan wawu sukun yang didahului
fathah /au/ maka bahasa Arab hanya mengenal diftong naik.
3.
Proses
artikulasi diftong Arab
1.
Waw (و)
Untuk memproduksi semivokal ini, organ bicara mengambil
posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (u), tetapi dalam waktu yang sangat
cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan
sebuah vokal lain (a).
Kedua bibir membulat untuk memodifikasi arus udara yang
datang dari paru-paru, tetapi tidak sampai menghambat arus udara secara kuat.
Pita suara berada dalam posisi berdekatan
sehingga terjadi getaran ketika udara melewati areal ini. Saluran udara ke
rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh
karena itu, semivokal ini di deskripsikan dengan:
/bilabial/semivokal/bersuara/.
Sebagian ulama mengatakan bahwa organ bicara yang bekerja
sama menghambat udara yang datang dari paru-paru adalah pangkal lidah naik ke
langit-langit lunak, mirip seperti menuturkan kha, ghain, kaf. Oleh sebab itu,
semivokal ini dideskripsikan dengan: /darsovelar/semivokal/bersuara/.
2.
Ya’ (ي)
Untuk memproduk semivokal ini, organ
bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (i). Tetapi dalam
waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah
hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
Tengah lidah bekerja sama dengan langit-langit untuk
menghambat arus udara yang datang dari paru-paru, tetapi hambatan tersebut
tidak kuat sehingga arus udara bisa keluar dengan leluasa di daerah ini.
Kedua bibir membentang untuk memodifikasi arus udara yang
datang dari paru-paru, sedangkan pita suara berada dalam posisi berdekatan
sehingga terjadi getaran ketika udara melewati areal ini. Saluran udara ke
rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh
karena itu, semivokal ini di deskripsikan dengan: /mediopalatal/semivokal/bersuara/.[7]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Diftong adalah gabungan bunyi dalam satu suku kata. Dalam diftong, posisi lidah ketika
memproduksi bunyi, pada bagian awal dan bagian akhir tidak sama.
2.
Di dalam bahasa Arab hanya ada dua bunyi diftong yaitu /au/ dan /ai/ yang
keduanya termasuk dalam diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih
rendah dibandingkan dengan bunyi yang kedua.
3.
Artikulasi diftong waw ialah organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (u), tetapi
dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah
hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
4.
Artikulasi diftong ya’ ialah organ bicara mengambil posisi seperti akan
menuturkan sebuah vokal (i). Tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara
tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Chaer. 2012.
Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
http://ciptakemenanagan.blogspot.co.id/2015/09/diftong-bahasa-arab.html
pada 5 November 2017 pukul 13.17 WIB.
Ainia Prihantini. 2015.
MASTER BAHASA INDONESIA.Yogyakarta: Penerbit B First.
Moch. Syarif
Hidayatullah, dan Abdullah. 2010. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern). Jakarta : UIN Syarif hidayatullah.
[2] Abdul Cholik, DIFTONG
BAHASA ARAB, diakses dari http://ciptakemenanagan.blogspot.co.id/2015/09/diftong-bahasa-arab.html
pada 5 November 2017 pukul 13.17 WIB.
[5] Moch. Syarif Hidayatullah, dan
Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern), (Jakarta: UIN Syarif hidayatullah, 2010), hlm.42.
[7] Ahmad Sayuthi Anshori Nasution, Bunyi Bahasa: ilm al aswat al arabi,
(Jakarta: Grafika Ofset, 2010), hlm. 108.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar