Jumat, 16 Februari 2018

Membaca dalam psikolinguistik

Assalamu’alaikum man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Membaca dalam Psikolinguistik.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. J
______________________________________________
PENDAHULUAN
                                                                                                   
A.    Latar belakang
            Di samping kemampuan untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik : membaca. Manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam tulisan ini dimengerti oleh siapa pun yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang berbeda, apa yang dikatakan oleh Carnie (2002 : 3) berikut sangat mengena :
            ...there is some set of neurons in my head firing madly away that allows me to sit here and produce this set of letters, and there is some other set of neurons in your head firing away that allows you to translate these squiggles into coherent ideas and thoughts.
            Tidak ada makhluk lain di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti ini! Namun, berbeda dengan kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati.[1] Tetapi bagaimanapun itu, membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak.

B.     Rumusan masalah
1.         Bagaimana sejarah tulisan?
2.         Apa pengertian grafem dan fonem?
3.         Apa saja elemen pada huruf?
4.         Apa saja tahap-tahap dalam membaca?
5.         Bagaimana metode pengajaran membaca?
6.         Apa saja model-model dalam membaca?




















PEMBAHASAN

1.      Sejarah tulisan.
            Sejarah mengenai tulisan dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum Masehi pada bangasa Sumeria yang hidup di Mesopotamia purba di antara sungai Tigris dan Euphrates (Wolf dkk dalam Gleason dan Ratner 1998 : 410). Pada saat itu orang belum memakai tanda atau huruf seperti yang kita pakai sekarang. Mereka memakai apa yang dinamakan cuneiform, yakni gambar-gambar yang melambangkan benda atau konsep. Piktograf ini digoreskan pada tanah liat kemudian tanah liat ini dibakar sehingga goresan-goresan tadi menjadi permanen.[2]
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Hasil gambar untuk sejarah tulisan CUNEIFORM
            Pada tahun 2000 S.M bangsa Cina mengembangkan ideogram, yaitu gambar-gambar yang menyimbolkan objek. Ideogram ini kemudian berkembang menjadi logogram, yaitu wuujud simbol yang masing-masing mewakili kata. Perkembangan selanjutnya adalah tulisan yang dinamakan syllabary. Dalam sistem ini, suatu simbol tidak mewakili suku kata. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa adalah contoh untuk tulisan syllabary.


2.      Grafem dan fonem.
            Grafem adalah keseluruhan dari huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Maksudnya adalah grafem berbicara tentang huruf atau gabungan huruf sebagai satuan pelambangan fonem dalam ejaan, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi bahasa. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan, kata pagi terdiri dari fonem /p/, /a/, /g/, /i/ dan grafem <p>, <a>, <g>, <i>. Kata hangus terdiri dari fonem /h/, /a/, /ŋ/, /u/, /s/ dan grafem <h>, <a>, <ng>, <u>, <s>.
Meskipun grafem melambangkan fonem dalam sistem ejaan, ini tidak berarti bahwa satu grafem hanya bisa melambangkan satu fonem atau sebaliknya. Contohnya grafem <e>, melambangkan fonem /e/ pada <bela> dan /ə/ pada <reda>.[3]

3.      Elemen pada huruf.
            Kalau alfabet latin kita perhatikan dengan teliti maka akan kita dapati bahwa tiap huruf sebenarnya terdiri dari elemen-elemen yang sederhana yang diramu dengan berbagai cara. Huruf p, q, b, dan d hanya terdiri dari satu garis lurus dan setengah lingkaran. Perbedaan antara p dan q hanya terletak pada letak setengah lingkaran itu. Pada p setengah lingkaran ada di kanan garis, pada q di kiri garis. Begitu pula antara b dan d. Pada b setengah lingkarannya di kanan, dan d di kiri. Perbedaan antara p dan b hanyalah letak garis lurusnya : pada p garis lurusnya menjorok ke bawah, pada b menjorok ke atas.
            Bentuk huruf tidak selamanya sama. Satu hal yang jelas adalah bahwa bentuk huruf kapital dengan huruf kecil seperti A dan a, B dan b sangat berbeda. Tidak hanya itu saja, satu huruf yang sama bisa pula tertuang dalam wujud yang berbeda. Maka dari itu, Pembaca harus menyadari bahwa wujud yang berbeda-beda itu hanya merupakan gaya saja.

4.      Tahap dalam membaca.
            Empat tahap dalam berbahasa yang sampai kini masih dianggap benar adalah tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (listening, speaking, reading, writing). Dua tahap yang pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan dua tahap terakhir dengan bahasa tulisan.
            Anak mulai berbahasa dengan mendengarkan lebih dahulu, barulah kemudian dia mulai berbicara. Dua tahap berikutnya yaitu membaca dan menulis yang mana bukanlah menjadi peryaratan hidup, karena tanpa dapat membaca dan menulis manusia masih saja tetap dapat mempertahankan hidupnya.
            Namun demikian, dalam masyarakat modern, membaca dan menulis merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan karena tanpa kemampuan ini dunia kita akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di sekitar kita.
            Dalam membaca, ada dua tahap utama yaitu
Ø Tahap pemula.
        Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal : keteraturan bentuk dan gabungan huruf.
Ø Tahap lanjut.
        Tahap lanjut adalah tahap dimana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan.[4]

5.      Metode pengajaran membaca.
            Ada dua pandangan yang saling bertentangan mengenai proses membaca. Ada yang berpandangan bahwa proses membaca di mulai dari bawah (bottom up) ke atas. Dalam pandangan ini, representasi fonologi dari tiap kata diramu dengan menerapkan aturan mengenai hubungan antara grafem dengan fonem. dan ada juga pandangan yang dasarnya dari atas kebawah (top down). Cara ini tidak melibatkan fonologi tetapi langsung dari otografi ke makna.
            Perbedaan ke dua pandangan ini tercermin dalam metode pengajaran membaca. Mereka yang percaya pada Alur bawah-ke-Atas akan mendasarkan metodenya pada cara fonik,yakni dari fonem,ke suku, lalu ke kata. Sapai ke atas. Sebaliknya mereka yang mengikuti alur Atas-ke-Bawah langsung memberikan kata untuk dibaca-boat,road,goat.

6.      Model-model membaca
            Di dalam model untuk membaca juga ada yang namanya Model Atas-ke-Bawah dan Model Bawah-Ke-Atas yang di jelaskan di bawah ini.
a. Model Atas-ke-Bawah
        Model Atas ke bawah atau yang sering juga dinamakan model berdasarkan konteks, mengasumsikan bahwa informasi tentang konteks dalam secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan di interpretasi.
b. Model Bawah-ke-Atas
        Landasan dasar untuk model bawah-ke-atas, yang juga di sebut sebagai model yang berlandaskan stimulus, adalah bahwa rekognisi kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya. Di samping itu, rekognisi terjadi secara diskrit, berhierarkhi, dan bertahap. Informasi yang ada pada satu tahap dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itulah maka pada model ini ada pada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi.[5]


PENUTUP


A.    Kesimpulan.

1.      Sejarah mengenai tulisan dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum Masehi pada bangasa Sumeria yang hidup di Mesopotamia purba di antara sungai Tigris dan Euphrates. Pada tahun 2000 S.M bangsa Cina mengembangkan ideogram, yaitu gambar-gambar yang menyimbolkan objek. Perkembangan selanjutnya adalah tulisan yang dinamakan syllabary. Dalam sistem ini, suatu simbol tidak mewakili suku kata. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa adalah contoh untuk tulisan syllabary.
2.      Grafem berbicara tentang huruf atau gabungan huruf sebagai satuan pelambangan fonem dalam ejaan, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi bahasa. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan.
3.      Elemen pada huruf tidak selamanya sama. Maka dari itu, Pembaca harus menyadari bahwa wujud yang berbeda-beda itu hanya merupakan gaya saja.
4.      Tahap dalam membaca ada dua, yaitu tahap pemula dan tahap lanjut.





DAFTAR PUSTAKA

Soenjono Dardjowidjojo. 2003. PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.




[1] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.291.
[2] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.291.
[3] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.297.
[4] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.299-303.
[5] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.307-308.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Jitu Belajar Bahasa Arab yang Menyenangkan Dalam rangka pembekalan Musyrif/ah dan pengurus Mabna periode 2018/2019, Ma’had Ja...