Assalamu’alaikum man-teman....
J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan
kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Suprasegmental Fonologi Arab.
Selamat membaca dan
semoga bermanfaat.. J
______________________________________________
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat,
manusia perlu adanya komunikasi. Kebutuhan berkomunikasi itu semakin kompleks
seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Agar komunikasi berjalan dengan
baik, maka manusia memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama.Wujud bahasa
yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi itu disebut bunyi bahasa. Dalam
pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan
(bunyi segmental). Dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat
unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi suprasegmental yaitu yang
meliputi durasi, nada, jeda, dan tekanan.
Untuk dapat lebih benar dalam
mengucapkan bunyi-bunyi tersebut, perlu diketahui unsur-unsur yang menyertai
bunyi segmental tersebut.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa pengertian segmental serta suprasegmental,
apa saja kajian suprasegmental fonologi Arab, dan apa saja contoh dari durasi,
tekanan dan jeda fonologi bahasa Arab?
PEMBAHASAN
1.
Segmental dan
suprasegmental fonologi Arab.
Arus ujaran merupakan suatu runtutan
bunyi yang sambung menyambung dan terus menerus, yang diselang-selingi dengan
jeda singkat atau agak singkat, disertai dengan keras-lembutnya bunyi, tinggi-
rendahnya bunyi, panjang-pendeknya bunyi. Dalam arus ujaran itu, ada bunyi yang
dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental.[1] Bunyi
segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara.
Selain itu, ada pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan sehingga disebut
suprasegmental. Dalam kajian mengenai bunyi segmental, kajiannya dibagi menjadi
Ø Konsonan adalah
fonem yang bukan vokal. Contoh : كلب، تبّ
Ø Vokal termasuk
bunyi bahasa yang bersuara. Sedangkan dalam pembentukannya, udara yang datang
melalui paru-paru tidak mendapat hambatan di saluran udara yang mengakibatkan
adanya geseran. Huruf vokal dari huruf hijaiyah adalah ا، و، ي. Kemudian, tanda baca vokal ada fathah (ــَـ), kasrah (ــِـ), dhummah (ــُـ). Ketiga huruf tersebut apabila bertemu
dengan tanda baca pasangannya pada huruf sebelumnya, akan
menghasilkan vokal panjang. Pasangan vokal:
1. wau (و) dengan dhamah (ــُـ)
2. alif (ا) dengan fathah (ــَـ)
![](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.png)
![](file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
Contoh : الماضي
Ø Diftong adalah
dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, atau disebut juga
sebagai gabungan bunyi dalam satu suku kata.[2]
Contoh : اليوم (أو), أين (أي)
Dan dalam
kajian mengenai bunyi suprasegmental, kajiannya dibagi menjadi
Ø Durasi
Durasi
berarti panjang waktu relatif dipertahankannya alat-alat ucap pada suatu
posisi. Bahasa-bahasa tertentu membedakan antara dua atau lebih rentang waktu
bunyi-bunyi wicara. Panjang pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu
dipertahankannya posisi alat ucap. Tentu saja panjang bunyi bahasa
berbeda-beda. Misalnya pada : (ka:taba)كاتب, pengucapan konsonan [k] dengan
menggunakan rentang waktu dan كتب(kataba), konsonan [k]
tanpa menggunakan rentang waktu, sudah membuat kata tersebut berbeda makna. Yang
pertama mempunyai arti “saling berkirim surat” sementara yang kedua artinya
“menulis”.
Ø Nada
Nada
berkenanan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi . Bila suatu bunyi segmental
diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada
yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi yang rendah, tentu
akan disertai dengan nada yang rendah. Nada ini dalam bahasa tentu bisa
bersifat fonemis maupun morfemis.
Dalam
tulissan fonetik, nada lazim ditandai dengan angka yang jumlahnya juga
bergantung pada keperluan pemberian.
Dalam hal intonasi variasi nada biasanya dibedakan menjadi empat.
Nada rendah ditandai dengan angka 1
Nada sedangditandai dengan angka 2
Nada tinggi ditandai dengan angka 3
Nada sangat tinggi ditandai dengan
angka 4
Contoh intonasi variasi nada dalam
bahasa arab dapat dilihat sebagai berikut.
Dzahaba al-waladu ila al-su:qi/
anak itu pergi kepasar
3-2 2
3-2 2 3 -1
Namun,
perbedaan intonasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan makna, dapat dilihat
pada penggunaan kata na’am yang untuk menjawab pertanyaan dan untuk meminta
penjelasan lebih lanjut. Pengucapan salam juga berbeda intonasinya antara saat
marah dan benara-benar ingin memberi penghormatan.
Ø Tekanan
Keras
dan lemahnya tekanan ditandai oleh gerak-gerak alat ucap yang lebih bertenaga
dan menggunakan otot-oto yang lebih tegang dalam menghasilkan bunyi. Dalam
tulisan fonetik dikenal beberapa tanda yang menunjukkan tekanan keras, tekanan
sekunder, dan tekanan tersier. Tanda tingkat tekanan ini bergantung pada
ketelitian pemerian. Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu
bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan
amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan yang keras, sebaliknya
sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat
sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan
ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola. Tekanan yang
lazim dipakai dalam bahasa nada dapat dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai
berikut
a. Tekanan naik, yaitu nada yang
meninggi, ditandai dengan (...’)
b. Tekanan datar, ditandai dengan
(..’.)
c. Tekanan turun, yaitu nada yang
merendah, ditandai dengan (.’..)
d. Tekanan turun naik, yaitu nada
yang merendah kemudian menggi, yang
ditandai dengan (..ˇ.)[3]
e. Tekanan naik turun, yaitu nada
yang meninggi kemudian merendah, ditandai dengan (.^...).
Contoh tekanan dalam bahasa arab, seperti
pada kata كاتب dan كتاب. Kedua contoh tersebut menggabungkan antara suku kata pendek
pada ( tib) dan (ki), dan suku kata panjang pada (ka:) dan (ta:b).
Ø Jeda
Jeda adalah suatu hal yang menyangkut
perhentian bunyi dalam bahasa. Suatu bunyi segmental dalam suku kata, kata,
frase, klausa, kalimat, dan wacana pastilah disertai dengan bunyi
suprasegmental perhentian di sana-sini. Antara bahasa yang satu dengan yang
lain memiliki jeda yang berbeda-beda, ada yang jedanya jelas dan ada yang tidak
jelas. Menurut tempatnya, jeda dapat dibedakan menjadi empat dan biasanya
ditandai sebagai berikut :
1. Jeda antar
suku kata ditandai dengan {+}
2. Jeda antar
kata dalam frase ditandai dengan {/}
3. Jeda antar frase dalam klausa ditandai
dengan {//}
4. Jeda antar kalimat. Dalam wacana
ditandai dengan {#}
Contoh : [‘indama :/tadrus/tanjah] ‘jika
mau belajar, pasti lulus’[4]
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Bunyi segmental adalah bunyi yang
dapat disegmentasikan. Selain itu, ada pula bunyi yang tidak dapat
disegmentasikan sehingga disebut suprasegmental.
2.
Dalam kajian mengenai bunyi
segmental, kajiannya dibagi menjadi : konsonan, vokal, dan diftong.
3.
Dalam kajian mengenai bunyi suprasegmental,
kajiannya dibagi menjadi : durasi, nada, tekanan, dan jeda.
DAFTAR PUSTAKA
Moch. Syarif
Hidayatullah. 2012. CAKRAWALA LINGUISTIK ARAB. (Jakarta : GRASINDO)
Ainia
Prihantini. 2015. MASTER BAHASA INDONESIA. (Yogyakarta : Penerbit B First)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar