PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Berbicara
tentang belajar dan pembelajaran adalah berbicara tentang sesuatu yang tidak
pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di muka bumi sampai akhir
zaman nanti. Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan
dan dialami manusia sejak manusia dalam buaian sampai liang lahat. Dalam
belajar, setiap orang pasti memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang
menggunakan teori disiplin mental, behavioristik, kognitivistik, dan
konstruktivistik.[1] Dari
teori-teori tersebut, Penulis membahas tentang teori belajar kognitivistik.
B. Rumusan
masalah
1. Apa pengertian teori belajar kognitivistik?
2. Bagaimana karakteristik teori belajar kognitivistik?
3. Apa saja implikasi dari teori belajar kognitivistik?
PEMBAHASAN
1. Teori belajar
kognitivistik.
Sehubungan
dengan kelemahan teori behaviorisme yang telah dikemukakan sebelumnya, banyak
para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para
behavioris bahwa belajar sekedar hubungan antara stimulus (apa saja yang
diberikan guru kepada siswa) dan respon (reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru). Maka dari itu, muncul teori kognitivistik.
Kognitif diartikan sebagai potensi
intelektual yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Jadi, teori
belajar kognitivistik lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar.
Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1)
Piaget mengatakan bahwa anak di samping meniru juga aktif dan kreatif dalam
menguasai bahasa ibunya, kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh
adanya kognisi. Kognisi itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat
genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai
dengan kemampuan dan upaya individu.
Menurut Jean Piaget, semakin
bertambahnya usia seseorang maka semakin kompleks susunan sel saraf[2] dan
meningkat pula kemampuannya dalam aspek kognitif, termasuk juga dalam belajar
bahasa. Kemudian, belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. [3] Tahap
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget :
a. Tahap Sensori Motor (0-2tahun)
Pada tahap ini, ciri pokok
perkembangannya adalah anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya
serta mempelajari permanensi obyek.
b.Tahap pra-operasional (2-7 tahun )
Pada tahap ini, anak-anak mulai
merepresentasikan dunia dengan menggunakan kata-kata, bayangan, dan gambar, keputusan
yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional (kesimpulan
yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari
suatu keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang
berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat
terbang yang lewat), aktivitas animisme dan aktivitas konservasi mulai
berkembang.
c.Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini anak telah memiliki kecakapan
berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret.[1] Seorang
anak dapat membuat kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata.
d.Tahap operasional formal (11 tahun keatas )
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Menurut Piaget, proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai ide, mereka sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Menurut Piaget, proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.
- Asimilasi, adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
- Akomodasi, adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Contohnya : siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
- Equilibrasi, adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
2. Karakteristik Belajar Kognitivistik
- Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar.
- Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
- Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
- Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan.
3.
Implikasi belajar
kognitivistik.
ü Bahasa dan
cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, guru dalam
mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
ü Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak supaya dapat berinteraksi dengan lingkungan.
ü Memberi
peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
ü Di dalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk salimg berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya. [5]
Langkah-langkah pembelajaran menurut
Jean Piaget :
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif, menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut. Misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi.
- Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa.
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
FOOTNOTE
[1] Suyono dan Hariyanto, BELAJAR dan PEMBELAJARAN, (Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hlm.1.
[2] Al Rasyidin dan Wahyudin Nur
Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, (Medan :Perdana Publishing, 2011), hlm.33.
[3] Suyono dan Hariyanto,
BELAJAR..., (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hlm.83.
[4] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran,
(Yogyakarta : Rinika Cipta, 2004), hlm.38-39.
[5] Suyono dan Hariyanto,
BELAJAR..., (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011), hlm.87.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar