Jumat, 16 Februari 2018

Vokal, Konsonan, dan Diftong

Assalamu’alaikum man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Vokal, konsonan, dan diftong.
Selamat membaca.. J
_________________________________________________
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Berbicara tentang fonologi berarti kita sedang berbicara tentang bunyi bahasa, karena objek kajian dari ilmu al-ashwat adalah bunyi dan perihal yang bersangkutan dengannya.
Bunyi sendiri pada mulanya diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu bunyi vokal dan konsonan. Perbedaan dari keduanya dapat kita cermati dari proses fonasinya dimana bunyi vokal terjadi tatkala udara dari paru-paru dengan pita suara sedikit terbuka lalu udara tersebut keluar tanpa adanya hambatan, sedangkan konsonan mendapat hambatan dan kondisi pita suara terkadang terbuka agak lebar.[1]
            Dalam perkembangan selanjutnya ternyata didalam bahasa juga ada satu bunyi yang tersusun dari dua vokal sekaligus, bunyi ini dalam kajian fonologi disebut dengan nama diftong. Diftong sendiri bukanlah konsonan ataupun vokal, melainkan ia merupakan semi vokal yang terdiri dari dua vokal akan tetapi menghasilkan satu bunyi. Dari kedua vokalan itu diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan turun. Dalam bahasa Arab kajian tentang diftong hanya ada dua bentuk yaitu ya’ sukun atau wau sukun yang didahului fathah, keduanya masuk dalam diftong naik. Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana proses artikulasi diftong tersebut. Hal ini menarik karena ia mengandung dua macam vokal sekaligus. Lalu kita sebagai mahasiswa pendidikan bahasa Arab bertanya-tanya, seperti apakah diftong dalam bahasa Arab?[2]



B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian diftong bahasa Arab?
2.      Apa saja macam-macam diftong bahasa Arab?
3.      Bagaimana proses artikulasi diftong  Arab?











PEMBAHASAN

1.      Diftong
            Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, atau disebut juga sebagai gabungan bunyi dalam satu suku kata.[3] Dalam diftong, posisi lidah ketika memproduksi bunyi, pada bagian awal dan bagian akhir tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah, dan strikturnya. Namun bunyi yang dihasilkan bukan dua bunyi melainkan satu bunyi karena berada dalam satu silabel.[4] Contoh diftong dalam bahasa Arab adalah [أو], seperti terdapat dalam kata اليوم.[5] Contoh lain adalah bunyi [اي] seperti terdapat dalam kata أين.

2.      Macam – macam diftong bahasa Arab
            Diftong juga dikenal dengan istilah vokal rangkap karena ia terdiri dari dua vokal akan tetapi membentuk satu bunyi karena bunyi tersebut berada dalam satu silabel. Karena terdiri dari dua vokal itulah nantinya kita bisa membuat pengklasifikasian diftong. Dari sana kita akan dapatkan macam-macam diftong nantinya.
            Diftong sering dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya.[6] Yang dimaksud unsur-unsur tersebut ialah dua vokal yang menyusun suatu diftong itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud letak atau posisi disini adalah tinggi rendahnya suatu vokal.
            Selanjutnya diftong dibagi menjadi diftong naik dan diftong turun. Disebut diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi kedua, sebaliknya disebut diftong turun apabila bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua.
            Melihat pembagian diftong dalam bahasa Arab menurut imam Jizri yaitu apabila ada ya sukun yang didahului fathah /ai/ dan  wawu sukun yang didahului fathah /au/ maka bahasa Arab hanya mengenal diftong naik.

3.      Proses artikulasi diftong  Arab
1. Waw (و)
        Untuk memproduksi semivokal ini, organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (u), tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
        Kedua bibir membulat untuk memodifikasi arus udara yang datang dari paru-paru, tetapi tidak sampai menghambat arus udara secara kuat.
     Pita suara berada dalam posisi berdekatan sehingga terjadi getaran ketika udara melewati areal ini. Saluran udara ke rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu, semivokal ini di deskripsikan dengan: /bilabial/semivokal/bersuara/.
        Sebagian ulama mengatakan bahwa organ bicara yang bekerja sama menghambat udara yang datang dari paru-paru adalah pangkal lidah naik ke langit-langit lunak, mirip seperti menuturkan kha, ghain, kaf. Oleh sebab itu, semivokal ini dideskripsikan dengan: /darsovelar/semivokal/bersuara/.
2. Ya’ (ي)
            Untuk memproduk semivokal ini, organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (i). Tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
        Tengah lidah bekerja sama dengan langit-langit untuk menghambat arus udara yang datang dari paru-paru, tetapi hambatan tersebut tidak kuat sehingga arus udara bisa keluar dengan leluasa di daerah ini.
        Kedua bibir membentang untuk memodifikasi arus udara yang datang dari paru-paru, sedangkan pita suara berada dalam posisi berdekatan sehingga terjadi getaran ketika udara melewati areal ini. Saluran udara ke rongga hidung tertutup sehingga semua udara keluar dari rongga mulut. Oleh karena itu, semivokal ini di deskripsikan dengan: /mediopalatal/semivokal/bersuara/.[7]























PENUTUP


A.    Kesimpulan
1. Diftong adalah gabungan bunyi dalam satu suku kata.  Dalam diftong, posisi lidah ketika memproduksi bunyi, pada bagian awal dan bagian akhir tidak sama.
2. Di dalam bahasa Arab hanya ada dua bunyi diftong yaitu /au/ dan /ai/ yang keduanya termasuk dalam diftong naik karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dibandingkan dengan bunyi yang kedua.
3. Artikulasi diftong waw ialah organ bicara mengambil posisi seperti   akan menuturkan sebuah vokal (u), tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).
4. Artikulasi diftong ya’ ialah organ bicara mengambil posisi seperti akan menuturkan sebuah vokal (i). Tetapi dalam waktu yang sangat cepat organ bicara tersebut mengubah posisi seolah-olah hendak menuturkan sebuah vokal lain (a).












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
http://ciptakemenanagan.blogspot.co.id/2015/09/diftong-bahasa-arab.html pada 5 November 2017 pukul 13.17 WIB.
Ainia Prihantini. 2015. MASTER BAHASA INDONESIA.Yogyakarta: Penerbit B First.
Moch. Syarif Hidayatullah, dan Abdullah. 2010. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern). Jakarta : UIN Syarif hidayatullah.





[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hlm. 113.
[2] Abdul Cholik, DIFTONG BAHASA ARAB, diakses dari http://ciptakemenanagan.blogspot.co.id/2015/09/diftong-bahasa-arab.html pada 5 November 2017 pukul 13.17 WIB.
[3] Ainia Prihantini, MASTER BAHASA INDONESIA, (Yogyakarta : Penerbit B First, 2015), hlm.12.
[4] Abdul Chaer, Linguistik..., (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hlm. 115.
[5] Moch. Syarif Hidayatullah, dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern), (Jakarta:      UIN Syarif hidayatullah, 2010), hlm.42.
[6] Abdul Chair, Linguistik..., (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hlm.115.
[7] Ahmad Sayuthi Anshori Nasution,  Bunyi Bahasa: ilm al aswat al arabi, (Jakarta: Grafika Ofset, 2010), hlm. 108.

Membaca dalam psikolinguistik

Assalamu’alaikum man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Membaca dalam Psikolinguistik.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. J
______________________________________________
PENDAHULUAN
                                                                                                   
A.    Latar belakang
            Di samping kemampuan untuk berbahasa, manusia juga mempunyai kemampuan lain yang spesifik : membaca. Manusia dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya pada secarik kertas dan kemudian disimpan untuk sehari, sebulan, setahun, atau bahkan lebih dari itu. Bahan dalam tulisan ini dimengerti oleh siapa pun yang membacanya selama mereka memakai bahasa yang sama. Meskipun untuk tujuan yang berbeda, apa yang dikatakan oleh Carnie (2002 : 3) berikut sangat mengena :
            ...there is some set of neurons in my head firing madly away that allows me to sit here and produce this set of letters, and there is some other set of neurons in your head firing away that allows you to translate these squiggles into coherent ideas and thoughts.
            Tidak ada makhluk lain di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan simbol-simbol seperti ini! Namun, berbeda dengan kemampuan berujar, kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang kodrati.[1] Tetapi bagaimanapun itu, membaca merupakan suatu keterampilan yang harus diajarkan oleh orang tua atau orang dewasa dan dipelajari oleh anak.

B.     Rumusan masalah
1.         Bagaimana sejarah tulisan?
2.         Apa pengertian grafem dan fonem?
3.         Apa saja elemen pada huruf?
4.         Apa saja tahap-tahap dalam membaca?
5.         Bagaimana metode pengajaran membaca?
6.         Apa saja model-model dalam membaca?




















PEMBAHASAN

1.      Sejarah tulisan.
            Sejarah mengenai tulisan dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum Masehi pada bangasa Sumeria yang hidup di Mesopotamia purba di antara sungai Tigris dan Euphrates (Wolf dkk dalam Gleason dan Ratner 1998 : 410). Pada saat itu orang belum memakai tanda atau huruf seperti yang kita pakai sekarang. Mereka memakai apa yang dinamakan cuneiform, yakni gambar-gambar yang melambangkan benda atau konsep. Piktograf ini digoreskan pada tanah liat kemudian tanah liat ini dibakar sehingga goresan-goresan tadi menjadi permanen.[2]
Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Description: Hasil gambar untuk sejarah tulisan CUNEIFORM
            Pada tahun 2000 S.M bangsa Cina mengembangkan ideogram, yaitu gambar-gambar yang menyimbolkan objek. Ideogram ini kemudian berkembang menjadi logogram, yaitu wuujud simbol yang masing-masing mewakili kata. Perkembangan selanjutnya adalah tulisan yang dinamakan syllabary. Dalam sistem ini, suatu simbol tidak mewakili suku kata. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa adalah contoh untuk tulisan syllabary.


2.      Grafem dan fonem.
            Grafem adalah keseluruhan dari huruf atau campuran huruf yang mewakili fonem. Maksudnya adalah grafem berbicara tentang huruf atau gabungan huruf sebagai satuan pelambangan fonem dalam ejaan, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi bahasa. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan, kata pagi terdiri dari fonem /p/, /a/, /g/, /i/ dan grafem <p>, <a>, <g>, <i>. Kata hangus terdiri dari fonem /h/, /a/, /ŋ/, /u/, /s/ dan grafem <h>, <a>, <ng>, <u>, <s>.
Meskipun grafem melambangkan fonem dalam sistem ejaan, ini tidak berarti bahwa satu grafem hanya bisa melambangkan satu fonem atau sebaliknya. Contohnya grafem <e>, melambangkan fonem /e/ pada <bela> dan /ə/ pada <reda>.[3]

3.      Elemen pada huruf.
            Kalau alfabet latin kita perhatikan dengan teliti maka akan kita dapati bahwa tiap huruf sebenarnya terdiri dari elemen-elemen yang sederhana yang diramu dengan berbagai cara. Huruf p, q, b, dan d hanya terdiri dari satu garis lurus dan setengah lingkaran. Perbedaan antara p dan q hanya terletak pada letak setengah lingkaran itu. Pada p setengah lingkaran ada di kanan garis, pada q di kiri garis. Begitu pula antara b dan d. Pada b setengah lingkarannya di kanan, dan d di kiri. Perbedaan antara p dan b hanyalah letak garis lurusnya : pada p garis lurusnya menjorok ke bawah, pada b menjorok ke atas.
            Bentuk huruf tidak selamanya sama. Satu hal yang jelas adalah bahwa bentuk huruf kapital dengan huruf kecil seperti A dan a, B dan b sangat berbeda. Tidak hanya itu saja, satu huruf yang sama bisa pula tertuang dalam wujud yang berbeda. Maka dari itu, Pembaca harus menyadari bahwa wujud yang berbeda-beda itu hanya merupakan gaya saja.

4.      Tahap dalam membaca.
            Empat tahap dalam berbahasa yang sampai kini masih dianggap benar adalah tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (listening, speaking, reading, writing). Dua tahap yang pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan dua tahap terakhir dengan bahasa tulisan.
            Anak mulai berbahasa dengan mendengarkan lebih dahulu, barulah kemudian dia mulai berbicara. Dua tahap berikutnya yaitu membaca dan menulis yang mana bukanlah menjadi peryaratan hidup, karena tanpa dapat membaca dan menulis manusia masih saja tetap dapat mempertahankan hidupnya.
            Namun demikian, dalam masyarakat modern, membaca dan menulis merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan karena tanpa kemampuan ini dunia kita akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di sekitar kita.
            Dalam membaca, ada dua tahap utama yaitu
Ø Tahap pemula.
        Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal : keteraturan bentuk dan gabungan huruf.
Ø Tahap lanjut.
        Tahap lanjut adalah tahap dimana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan.[4]

5.      Metode pengajaran membaca.
            Ada dua pandangan yang saling bertentangan mengenai proses membaca. Ada yang berpandangan bahwa proses membaca di mulai dari bawah (bottom up) ke atas. Dalam pandangan ini, representasi fonologi dari tiap kata diramu dengan menerapkan aturan mengenai hubungan antara grafem dengan fonem. dan ada juga pandangan yang dasarnya dari atas kebawah (top down). Cara ini tidak melibatkan fonologi tetapi langsung dari otografi ke makna.
            Perbedaan ke dua pandangan ini tercermin dalam metode pengajaran membaca. Mereka yang percaya pada Alur bawah-ke-Atas akan mendasarkan metodenya pada cara fonik,yakni dari fonem,ke suku, lalu ke kata. Sapai ke atas. Sebaliknya mereka yang mengikuti alur Atas-ke-Bawah langsung memberikan kata untuk dibaca-boat,road,goat.

6.      Model-model membaca
            Di dalam model untuk membaca juga ada yang namanya Model Atas-ke-Bawah dan Model Bawah-Ke-Atas yang di jelaskan di bawah ini.
a. Model Atas-ke-Bawah
        Model Atas ke bawah atau yang sering juga dinamakan model berdasarkan konteks, mengasumsikan bahwa informasi tentang konteks dalam secara langsung mempengaruhi caranya kata dipersepsi dan di interpretasi.
b. Model Bawah-ke-Atas
        Landasan dasar untuk model bawah-ke-atas, yang juga di sebut sebagai model yang berlandaskan stimulus, adalah bahwa rekognisi kata tergantung terutama pada informasi yang ada pada kata itu, bukan pada konteksnya. Di samping itu, rekognisi terjadi secara diskrit, berhierarkhi, dan bertahap. Informasi yang ada pada satu tahap dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itulah maka pada model ini ada pada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi.[5]


PENUTUP


A.    Kesimpulan.

1.      Sejarah mengenai tulisan dapat ditelusuri ke tahun 3100 sebelum Masehi pada bangasa Sumeria yang hidup di Mesopotamia purba di antara sungai Tigris dan Euphrates. Pada tahun 2000 S.M bangsa Cina mengembangkan ideogram, yaitu gambar-gambar yang menyimbolkan objek. Perkembangan selanjutnya adalah tulisan yang dinamakan syllabary. Dalam sistem ini, suatu simbol tidak mewakili suku kata. Bahasa Jepang dan bahasa Jawa adalah contoh untuk tulisan syllabary.
2.      Grafem berbicara tentang huruf atau gabungan huruf sebagai satuan pelambangan fonem dalam ejaan, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi bahasa. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada lima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan.
3.      Elemen pada huruf tidak selamanya sama. Maka dari itu, Pembaca harus menyadari bahwa wujud yang berbeda-beda itu hanya merupakan gaya saja.
4.      Tahap dalam membaca ada dua, yaitu tahap pemula dan tahap lanjut.





DAFTAR PUSTAKA

Soenjono Dardjowidjojo. 2003. PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.




[1] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.291.
[2] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.291.
[3] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.297.
[4] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.299-303.
[5] Soenjono Dardjowidjojo, PSIKOLINGUISTIK..., (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm.307-308.

Selasa, 12 Desember 2017

bahasa arabnya sekali lagi

idiom bahasa arab~mudah dipahami

Maaf                               عَفْوًا
Permisi                           آسِفْ/مَعْذِرَةً
Baiklah                           طَيِّبْ,حَسَنًا
Sungguh                         حَقًّا
Sebenarnya                     فِيْ الْحَقِيْقَةِ
Tentu                              طَبْعًا
Dengan tanpa ragu           بِلَاشَكًّ
Sementara                       مُؤَقَّتًا
Sekali lagi                        مَرَّةً أُخْرَى
Secara bertahap               بِاالتَّدْرِيْجِ

Lamanya daging disimpan di freezer

Sumber : MSN Indonesia

Sebelum penemuan freezer, salju dan cuaca dingin adalah satu-satunya cara untuk menjaga agar makanan tetap dingin. Untuk melestarikan makanan, mereka yang tinggal di iklim yang lebih dingin harus membuat freezer dengan menggali lubang di tanah, mengisinya dengan salju dan menutupi dengan sedotan. Makanan dikumpulkan untuk konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Di pertengahan tahun 1800-an, kulkas ditemukan. Meskipun butuh beberapa waktu untuk menjadi alat di dapur rumah, alat ini pada akhirnya mengubah cara kita mengkonsumsi makanan. Yang lucu adalah, kita bahkan tidak tahu bagaimana memanfaatkan freezer sepenuhnya.
Sebagian besar dari kita akan menaruh sepotong daging atau ayam ke dalam freezer agar tidak rusak kandungannya. Tapi Anda mungkin belum tahu seberapa lama makanan seharusnya disimpan dalam freezer agar dapat tetap segar.  Anda mungkin akan terkejut saat mengetahui bahwa daging beku dapat bertahan di dalam freezer dalam jangka waktu yang lama.
Seringkali sebagian dari Anda  membuang daging yang sebenarnya masih bagus. Jadi cobalah lihat panduan daging di bawah ini dengan informasi yang diberikan oleh USDA. Dan dengan menggunakan tas segel zip dan spidol permanen, Anda bisa menghindari pemborosan makanan.
Sebelum memasukkan daging ke dalam freezer, Anda harus selalu menuliskan tanggal di atasnya, dengan begitu Anda tidak perlu mempertanyakan berapa lama telah dibekukan. Dan, percaya atau tidak, beberapa daging bisa bertahan di dalam freezer hingga satu tahun tanpa menurunkan kualitas daging, dilansir dari Huffington Post.
Waktu freezer:
Ayam masak - 4 bulan
Bagian unggas yang tidak dimasak - 9 bulan
Unggas utuh - 12 bulan
Daging dimasak - 2 sampai 3 bulan
Daging panggang mentah - 4 sampai 12 bulan
Steak atau daging mentah - 4 sampai 12 bulan
Daging mentah yang belum dimasak - 3 sampai 4 bulan

Tips Jitu Belajar Bahasa Arab yang Menyenangkan Dalam rangka pembekalan Musyrif/ah dan pengurus Mabna periode 2018/2019, Ma’had Ja...