Rabu, 18 April 2018

JENIS-JENIS PENERJEMAHAN


PENDAHULUAN

A.    Latar belakang.
            Kegiatan penerjemahan sesungguhnya bukan hal yang baru dalam peradaban manusia. Boleh jadi, penerjemahan sudah ada sejak peradaban manusia sendiri itu ada.
            Di era globalisasi ini komunikasi lintas bahasa dalam bentuk penerjemahan masih eksis, bahkan cenderung semakin penting. Tak terkecuali kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia juga semakin marak seiring dengan meningkatnya ‘semangat’ keberagamaan umat Islam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku terjemahan, terutama yang berhubungan dengan khazanah Keislaman, seperti Al-Quran. Hadis, Tafsir, dan lain-lain.
            Kenyataan menggembirakan ini semakin membuka cakrawala pemikiran umat Islam Indonesia. Umat kian menyadari pentingnya memperkaya wawasan keagamaan guna menyempurnakan praktik Keislaman mereka secara kaffah ‘utuh’.

B.     Rumusan masalah.
1.      Apa saja rangkaian proses penerjemahan?
2.      Metode apa sajakah yang digunakan untuk menerjemah?
3.      Bagaimana kualitas terjemahan yang baik?







PEMBAHASAN

1.    Proses penerjemahan.
       Penerjemahan adalah proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) ke dalam bahasa yang lain (Bsa) secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya, sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap pesan tersebut. Dengan definisi seperti itu, ada beberapa syarat suatu kegiatan pemindahan pesan itu dapat dikatakan sebagai kegiatan penerjemahan :
-          Melibatkan dua bahasa (Bsu dan Bsa).
-          Penerjemahan haruslah wajar (sesuai standar penggunaan yang lazim dalam Bsa). Jadi, syarat yang kedua ini mengharuskan seorang penerjemah mengetahui bagaimana cara pengungkapan yang wajar suatu pesan dalam Bsu ke dalam Bsa agar pesan tersebut tidak terasa asing oleh pembaca atau pendengar, karena terkadang seorang penerjemah bisa jadi telah memahami pesan Bsu, tetapi dia gagal dalam memahamkan pesan itu ke dalam Bsa. Dia hanya mampu menerima pesan untuk dirinya sendiri.
Sebagai contoh, ungkapan bahasa Arab :
من عرف بعد السفر استعد
Bila kita hanya memperhatikan aspek leksikal dan gramatikalnya saja, terjemahan yang dihasilkan adalah orang yang mengetahui perjalanannya jauh maka ia akan bersiap-siap. Namun, bila ungkapan tersebut diterjemahkan dengan memperhatikan semantis dan pragmatisnya maka akan dihasilkan terjemahan sedia payung sebelum hujan.[1]
       Dalam menghasilkan pesan teks atau ujaran dalam Bsa yang sesuai dengan pesan teks dalam Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan :
-          (PROSES 1) Memahami amanat berupa pesan, gagasan, dan pemikiran yang termaktub dalam teks sumber.
-          (PROSES 2) Mencari padanan atau ekuivalensi yang paling mendekati dalam bahasa target.
-          (PROSES 3) Merekonstruksi pesan, gagasan, dan pemikiran penulis teks sumber ke dalam bahasa target.
-          (PROSES 4) Mereview hasil terjemahan seraya melakukan melakukan berbagai perbaikan dan penyesuaian sampai terjemahan benar-benar mencerminkan amanat seperti yang termaktub dalam teks sumber.[2]

2.    Metode – metode penerjemahan.
       Secara umum, metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani masalah-masalah yang dia hadapi selama peoses penerjemahan. Newmark membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target.        
Penekanan pada bahasa sumber ada empat metode :
-          Metode penerjemahan kata demi kata.
                        Penerjemahan kata-kata seringkali digambarkan sebagai terjemahan antarbaris dengan bahasa target berada langsung dibawah kata-kata sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata dalam bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata.
Contoh :
الم (1) ذلك الكتاب لا ريب  فيه  هدى للمتقين(2)
Alif lam mim
Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
لا
الكتب
ذلك
الم
tidak ada
al-Kitab
itulah
Alif lam mim
للمتقين
هدى
فيه
ريب
Bagi orang-orang yang bertakwa
Petunjuk
di dalamnya
keraguan
-          Metode penerjemahan harfiah
                        Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Contoh :
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً إِلَى عُنُقِكَ
Artinya: Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu.
Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti “kikir”. Arti secara harfiah yaitu Jangan kikir.
-          Metode penerjemahan setia
             Metode ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Karena ada upaya untuk benar-benar setia pada maksud dan tujuan Bsu, sehingga masih terkesan kaku.
Contoh:
هُوَ كَثِيْرُ الرَّمَادِ
             Dalam Penerjemahan kata per kata, ungkapan di atas di artikan : dia banyak abunya. Jika diartikan dengan penerjemahan Setia, maka hasil terjemahannya adalah: Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak abunya. Banyak abu dalam budaya arab berarti banyak memasak karena banyak kedatangan tamu.
             Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada Bsu, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.


-          Metode penerjemahan semantis.
             Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel.
Contoh:
هُوَ كّثِيْرُ الرَّمَادِ
Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil terjemahannya adalah dia orang yang dermawan.
Sedangkan penekanan pada bahasa target :
-          Metode penerjemahan bebas
             Penerjemahan bebas berupaya memproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber. 
             Dengan demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.
Contoh:
سبق السيف الأدلي
Secara setia, ungkapan di atas berarti: sudah terlanjur pedang terhunus. Tapi, ketika diaplikasikan ke dalam penerjemahan bebas maknanya lebih mudah diserap : nasi sudah menjadi bubur.
-          Metode penerjemahan idiomatis
             Metode ini bertujuan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.
Contoh :
اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِن اليَدِ السُّفْلَى
Secara kata per-kata diterjemahkan : tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Jika menggunakan Idiomatik, diterjemahkan: memberi lebih baik dari pada menerima.
-          Metode penerjemahan komunikatif
             Berusaha mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca.
             Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan demikian, bahasa sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi bahasa sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.
Contoh :
اَلْحَيُّ الْمَنَوِي
Diterjemahkan: “Spermatozoon” untuk para ahli biomedik. Untuk khalayak pembaca umum diterjemahkan dengan “Air Mani”.

3.    Kualitas terjemahan
-          Keakuratan.
             Aspek keakuratan mengacu pada sejauh mana tingkat kesepadanan pesan antara teks sumber dan teks target. Aspek ini harus dijadikan prioritas utama dalam penerjemahan. Sebab, keakuratan merupakan konsekuensi logis dari konsep dasar penerjemahan bahwa suatu teks disebut terjemahan kalau teks tersebut memiliki hubungan padanan dengan  teks sumber. Dalam hal ini hasil terjemahan harus dapat mengomunikasikan makna yang sedapat mungkin mendekati makna yang dibawa teks sumber. Sekiranya penerjemahan sudah selesai, membaca ulang hasil terjemahan menjadi keharusan, selama proses ini berlangsung, penerjemah dapat melakukan proof reading untuk memperbaiki kesalahan ketik dan tata letak. Selebihnya adalah proses editing ‘penyuntingan’ untuk membenahi bahasa terjemahan, mengoreksi ejaan, memperbaiki preposisi, memangkas kata-kata yang tidak perlu, mempertajam diksi sehingga hasilnya semakin bagus dan enak dibaca.
             Pemilihan diksi harus mempertimbangkan aspek register terkait dengan variasi pemakaian bahasa dalam disiplin ilmu tertentu. Contoh : kata تَقْدِيْرٌ dalam register ilmu tauhid berarti takdir. Namun, ungkapan شُكْرٌ وَتَقْدِيْرٌ  dalam skripsi berbahasa Arab adalah ucapan terimakasih dan pennghargaan.
-        Kejelasan.
             Akurat saja belum cukup. Keakuratan suatu terjemahan harus dibingkai kejelasan. Apakah artinya sebuah  terjemahan kalau tidak bisa dipahami pembacanya.
-        Kewajaran.
             Aspek kewajaran berhuubungan dengan efek yang dihasilkan sebuah terjemahan dan tentu saja bersifat subjektif, sebab tidak terkait dengan persoalan benar - salah hasil terjemahan. Kewajaran berkenaan dengan nuansa kenyamanan pembaca terjemahan.[3]



PENUTUP

A.    Kesimpulan.
1.      Penerjemahan adalah proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) ke dalam bahasa yang lain (Bsa) secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya, sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap pesan tersebut.
2.      Proses penerjemahan : memahami amanat berupa pesan, gagasan, dan pemikiran yang termaktub dalam teks sumber, mencari padanan atau ekuivalensi yang paling mendekati dalam bahasa target, merekonstruksi pesan, gagasan, dan pemikiran penulis teks sumber ke dalam bahasa target, mereview hasil terjemahan seraya melakukan melakukan berbagai perbaikan dan penyesuaian sampai terjemahan benar-benar mencerminkan amanat seperti yang termaktub dalam teks sumber.
3.      Metode penerjemahan menurut Newmark dibagi menjadi dua yaitu penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target.
4.      Kualitas terjemahan meliputi keakuratan, kejelasan, dan kewajaran.







DAFTAR PUSTAKA

Moch. Syarif Hidayatullah. 2017. JEMBATAN KATA : SELUK BELUK PENERJEMAHAN ARAB-INDONESIA. (JAKARTA : PT. GRASINDO).
M. Zaka Al Farisi. 2011. PEDOMAN PENERJEMAHAN ARAB INDONESIA : Strategi Metode Prosedur Teknik. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya).








[1] Moch. Syarif Hidayatullah, JEMBATAN KATA : SELUK BELUK PENERJEMAHAN ARAB-INDONESIA, (JAKARTA : PT. GRASINDO, 2017), hlm.2-3.
[2] M. Zaka Al Farisi, PEDOMAN PENERJEMAHAN ARAB INDONESIA : Strategi Metode Prosedur Teknik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.179-185.
[3] M. Zaka Al Farisi, PEDOMAN PENERJEMAHAN ARAB INDONESIA..., (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.179-185.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Jitu Belajar Bahasa Arab yang Menyenangkan Dalam rangka pembekalan Musyrif/ah dan pengurus Mabna periode 2018/2019, Ma’had Ja...