Jumat, 16 Februari 2018

bahasa arabnya MENDEKATLAH DENGANKU

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum teman-teman J
Keep fighting! okee..
Lanjut yaa ke idiom bahasa Arab...
(bisa karena terbiasa)
PART 2
____________________________________________
Menjauhlah dariku !                 اِبْتَعِدْ عَنِّي !
Mendekatlah denganku !         اِقْتَرِبْ مِنِّي !
Kamu sakit apa?                       اَيُّ مَرَ ضٍ اِصَابَكَ ؟
Saya mencret                                  اَصَابَنِيَ الاِسْهَالُ
Saya sakit demam                     اَصَابَنِيَ الْحُمَّى
Saya pilek                                اَصَابَنِيَ الزُّكاَمُ
Saya sariawan                                  اَصَابَنِيَ الْقُلَّاعُ
Saya bisulan                             اَصَابَنِيَ الدُّمَّالُ
Saya batuk                               اَصَابَنِيَ السُّعالُ
Saya sakit perut                        اَنَا مَغْصٌ
Maju sedikit !                    تَقَدَّمْ قَلِيْلًا !
Mundur sedikit !               تَاَخَّرْ قَلِيْلًا !
Penyakit keturunan           مَرَضٌ وَرَثِيٌّ
Penyakit menular              مَرَضٌ مُعْدٍ
Aku merasa kesepian        شَعُرْتُ بِالوَاحِدِ
Aku merasa kedinginan     شَعُرْتُ بِاالبُرُودَةِ
Aku merasa kepanasan              شَعُرْتُ بِاالْحَرَارَةِ
Nanti malam                            هَذِهِ اللَّيْلَةَ
Kemaren malam                 لَيْلَةَ اَمْسِ
Ini ide yang bagus             هَذِهِ هِيَ فِكْرَةٌجَيَّدَةٌ
Silahkan                            تَفَضَّلْ       
Apalagi                              لاَسِيَّمَا
Tengah pelajaran              اَثْنَاءَالدَّرَاسَةِ
Saja                                  فَقَطْ / فَحَسْبُ
Barang kali                        رُبَّمَا
tidak apa-apa                          لاَبَأْسَ
Tak seorang pun                لاَأَحَدَ
Penting banget                  مُهِمٌّ جِدًّا
Juga                                   اَيْضًا
Iya, datang                        نَعَمْ, حَاضِرْ/ حَاضِرَة
Terima kasih banyak         شُكْرًاجَزِيْلًا
Maaf                                  عَفْوًا
Permisi                              آسِفْ/مَعْذِرَةً 
Baiklah                              طَيِّبْ,حَسَنًا
Sungguh                                   حَقًّا
Sebenarnya                        فِيْ الْحَقِيْقَةِ
Tentu                                طَبْعًا
Dengan tanpa ragu            بِلَاشَكًّ
Sementara                         مُؤَقَّتًا
Sekali lagi                          مَرَّةً أُخْرَى
Secara bertahap                 بِاالتَّدْرِيْجِ
Sedikit demi sedikit           شَيْئاًفَشَيْئًا
Sedikit demi sedikit           قَلِيْلًا فَقَلِيْلًا        
Hingga sekarang                حَتَّى الآن
Pelan-pelan                       بِالتَّأَنِّي
Tanggung jawabku           عَلَى مَسْؤُوْلِيَتِي
Saya yang teraktir                     عَلىَ حِسَابِيْ
Apalagi ini                         لاَسِيَّمَا هَذَا
Apakah kamu sudah kedokter?
هَلْ قَابَلْتَ اِلَى الطَّبِيْبِ     

Suprasegmental Fonologi Arab

Assalamu’alaikum man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang Suprasegmental Fonologi Arab.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. J
______________________________________________
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia perlu adanya komunikasi. Kebutuhan berkomunikasi itu semakin kompleks seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia.
            Agar komunikasi berjalan dengan baik, maka manusia memerlukan bahasa yang dapat dipahami bersama.Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi itu disebut bunyi bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan (bunyi segmental). Dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang menyertainya sehingga disebut bunyi suprasegmental yaitu yang meliputi durasi, nada, jeda, dan tekanan.
            Untuk dapat lebih benar dalam mengucapkan bunyi-bunyi tersebut, perlu diketahui unsur-unsur yang menyertai bunyi segmental tersebut.  

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian segmental serta suprasegmental, apa saja kajian suprasegmental fonologi Arab, dan apa saja contoh dari durasi, tekanan dan jeda fonologi bahasa Arab?
PEMBAHASAN

1.      Segmental dan suprasegmental fonologi Arab.
            Arus ujaran merupakan suatu runtutan bunyi yang sambung menyambung dan terus menerus, yang diselang-selingi dengan jeda singkat atau agak singkat, disertai dengan keras-lembutnya bunyi, tinggi- rendahnya bunyi, panjang-pendeknya bunyi. Dalam arus ujaran itu, ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental.[1] Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Selain itu, ada pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan sehingga disebut suprasegmental. Dalam kajian mengenai bunyi segmental, kajiannya dibagi menjadi
Ø Konsonan adalah fonem yang bukan vokal. Contoh : كلب، تبّ
Ø Vokal termasuk bunyi bahasa yang bersuara. Sedangkan dalam pembentukannya, udara yang datang melalui paru-paru tidak mendapat hambatan di saluran udara yang mengakibatkan adanya geseran. Huruf vokal dari huruf hijaiyah adalah ا، و، ي. Kemudian, tanda baca vokal ada fathah (ــَـ), kasrah (ــِـ), dhummah (ــُـ). Ketiga huruf tersebut apabila bertemu dengan tanda baca pasangannya pada huruf sebelumnya, akan menghasilkan vokal panjang. Pasangan vokal:          
1. wau (و) dengan dhamah (ــُـ)       
2. alif (ا) dengan fathah (ــَـ)          
3. ya  (ي) dengan kasrah (ــِـ)
Contoh :  الماضي
Ø Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, atau disebut juga sebagai gabungan bunyi dalam satu suku kata.[2] Contoh : اليوم (أو), أين (أي)
Dan dalam kajian mengenai bunyi suprasegmental, kajiannya dibagi menjadi
Ø Durasi
        Durasi berarti panjang waktu relatif dipertahankannya alat-alat ucap pada suatu posisi. Bahasa-bahasa tertentu membedakan antara dua atau lebih rentang waktu bunyi-bunyi wicara. Panjang pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu dipertahankannya posisi alat ucap. Tentu saja panjang bunyi bahasa berbeda-beda. Misalnya pada :  (ka:taba)كاتب, pengucapan konsonan [k] dengan menggunakan rentang waktu dan كتب(kataba), konsonan [k] tanpa menggunakan rentang waktu, sudah membuat kata tersebut berbeda makna. Yang pertama mempunyai arti “saling berkirim surat” sementara yang kedua artinya “menulis”.
Ø Nada
        Nada berkenanan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi . Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi yang rendah, tentu akan disertai dengan nada yang rendah. Nada ini dalam bahasa tentu bisa bersifat fonemis maupun morfemis.
        Dalam tulissan fonetik, nada lazim ditandai dengan angka yang jumlahnya juga bergantung pada keperluan pemberian.  Dalam hal intonasi variasi nada biasanya dibedakan menjadi empat.
Nada rendah ditandai dengan angka 1
Nada sedangditandai dengan angka 2
Nada tinggi ditandai dengan angka 3
Nada sangat tinggi ditandai dengan angka  4
Contoh intonasi variasi nada dalam bahasa arab dapat dilihat sebagai berikut.
Dzahaba al-waladu ila al-su:qi/ anak itu pergi kepasar
3-2   2         3-2  2           3 -1
        Namun, perbedaan intonasi yang menyebabkan terjadinya perbedaan makna, dapat dilihat pada penggunaan kata na’am yang untuk menjawab pertanyaan dan untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Pengucapan salam juga berbeda intonasinya antara saat marah dan benara-benar ingin memberi penghormatan.
Ø Tekanan
        Keras dan lemahnya tekanan ditandai oleh gerak-gerak alat ucap yang lebih bertenaga dan menggunakan otot-oto yang lebih tegang dalam menghasilkan bunyi. Dalam tulisan fonetik dikenal beberapa tanda yang menunjukkan tekanan keras, tekanan sekunder, dan tekanan tersier. Tanda tingkat tekanan ini bergantung pada ketelitian pemerian. Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan yang keras, sebaliknya sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola. Tekanan yang lazim dipakai dalam bahasa nada dapat dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut
a. Tekanan naik, yaitu nada yang meninggi, ditandai dengan (...’)
b. Tekanan datar, ditandai dengan (..’.)
c. Tekanan turun, yaitu nada yang merendah, ditandai dengan (.’..)
d. Tekanan turun naik, yaitu nada yang merendah kemudian menggi,  yang ditandai dengan (..ˇ.)[3]
e. Tekanan naik turun, yaitu nada yang meninggi kemudian merendah, ditandai dengan (.^...).
     Contoh tekanan dalam bahasa arab, seperti pada kata كاتب dan كتاب. Kedua contoh tersebut menggabungkan antara suku kata pendek pada ( tib) dan (ki), dan suku kata panjang pada (ka:) dan (ta:b).

Ø Jeda
             Jeda adalah suatu hal yang menyangkut perhentian bunyi dalam bahasa. Suatu bunyi segmental dalam suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana pastilah disertai dengan bunyi suprasegmental perhentian di sana-sini. Antara bahasa yang satu dengan yang lain memiliki jeda yang berbeda-beda, ada yang jedanya jelas dan ada yang tidak jelas. Menurut tempatnya, jeda dapat dibedakan menjadi empat dan biasanya ditandai sebagai berikut :
1. Jeda antar suku kata ditandai dengan {+}
2. Jeda antar kata dalam frase ditandai dengan {/}
     3. Jeda antar frase dalam klausa ditandai dengan {//}
     4. Jeda antar kalimat. Dalam wacana ditandai dengan {#}
     Contoh : [‘indama :/tadrus/tanjah] ‘jika mau belajar, pasti lulus’[4]











PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Bunyi segmental adalah bunyi yang dapat disegmentasikan. Selain itu, ada pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan sehingga disebut suprasegmental.
2.      Dalam kajian mengenai bunyi segmental, kajiannya dibagi menjadi : konsonan, vokal, dan diftong.
3.      Dalam kajian mengenai bunyi suprasegmental, kajiannya dibagi menjadi : durasi, nada, tekanan, dan jeda.













DAFTAR PUSTAKA

Moch. Syarif Hidayatullah. 2012. CAKRAWALA LINGUISTIK ARAB.     (Jakarta : GRASINDO)
Ainia Prihantini. 2015. MASTER BAHASA INDONESIA. (Yogyakarta : Penerbit B First)







[1] Moch. Syarif Hidayatullah, CAKRAWALA LINGUISTIK ARAB,( Jakarta : GRASINDO, 2012), hlm.55.
[2] Ainia Prihantini, MASTER BAHASA INDONESIA, (Yogyakarta : Penerbit B First, 2015), hlm. 12.
[3]   Moch. Syarif Hidayatullah, CAKRAWALA...,( Jakarta : GRASINDO, 2012), hlm.57.
[4]   Moch. Syarif Hidayatullah, CAKRAWALA...,( Jakarta : GRASINDO, 2012), hlm.57.

Analisis kurikulum MI terhadap psikologi perkembangan

Assalamu’alaikum man-teman.... J
Keep fighting! Okee..?
Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi ilmu tentang “Analisis Buku Ajar Pendidikan Agama Islam  terhadap Psikologi Perkembangan Kelas 1 Semester 1 Sekolah Dasar Islam Terpadu Tlogowungu Tahun 2017”.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.. J
______________________________________________

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

            Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur’an dan Hadits. Menurut Ditbinpaisun pendidikan agama islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan  dapat memahami apa yang terkandung dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuan yang pada akhirnya mengamalkannya. Kegiatannya dilakukan melalui keteladanan, bimbingan, pengajaran, latihan, pembinaan dan pembiasaan, serta penggunaan pengalaman. Tidak hanya secara lisan, namun dibuktikan dalam bentuk buku ajar yang mana orang tua dapat ikut serta membimbing anak ketika belajar di rumah. Buku ajar tersebut memiliki kurikulum yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selain itu, psikologi perkembangan anak juga berpengaruh dalam hal belajar.
            Kemudian, Penulis mencoba menganalisis apakah kurikulum tersebut sesuai dengan psikologi perkembangan anak atau tidak. Selanjutnya, Penulis juga mencantumkan teori belajar apakah yang sesuai dengan peserta didik SDIT kelas 1, kekurangan-kekurangan apakah yang ada dalam buku ajar tersebut sehingga di tahun yang akan datang dapat memilihkan buku yang menarik untuk peserta didik. Dengan begitu, seorang guru dapat dengan mudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan tentunya peserta didik lebih enjoy dan merasa senang ketika belajar.



B.     Rumusan masalah

1.      Apakah tujuan disusunnya Buku Ajar Pendidikan Agama Islam?
2.      Kurikulum apakah yang digunakan SDIT Tlogowungu kelas 1  dan bagaimana bunyi dari standar kompetensi dan kompetensi dasar?
3.      Apakah kurikulum tersebut sesuai dengan psikologi perkembangan anak?
4.      Metode belajar yang seperti apakah yang sesuai dengan peserta didik?
5.      Adakah kekurangan-kekurangan di dalam Buku Ajar Pendidikan Agama Islam?






PEMBAHASAN

1.      Tujuan disusunnya Buku Ajar Pendidikan Agama Islam.

            Pada lampiran kata pengantar, penyusun Buku Ajar Pendidikan Agama Islam untuk kelas 1 SDIT menyebutkan bahwa tujuan disusunnya buku tersebut adalah
Ø Sebagai pendamping buku materi yang dilengkapi BTA (Baca Tulis Al-Quran) untuk Sekolah Dasar.
Ø Membantu siswa lebih mengenal ajaran agama islam.
Ø Membantu siswa agar lebih mudah membaca dan mengenal huruf-huruf Al-Qur’an.
        Buku tersebut disusun oleh Sukbi Ishak, S.Pd.I, Badrudin, S.Pd.I, Sandeli, S.Pd.I, Sri Sulistyaningsih, S.Pd.I, Muhammad, S.Pd.I.

2.      Kurikulum.
                                               
            Kurikulum yang disesuaikan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) . Dalam buku tersebut terdapat 5 bab yang terdiri dari surah al-fatihah, rukun iman, perilaku terpuji, tata cara bersuci, dan rukun islam.
NO
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Nilai Karakter Bangsa
1
Menghafal Al-Quran surah pendek pilihan.
1.1.Melafalkan surah al-fatihah dengan lancar.
1.2.Menghafal surah al-fatihah dengan lancar.
Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, ketulusan, integritas, peduli, dan jujur.
2
Mengenal rukun iman.
1.3.Menunjukkan ciptaan Allah SWT melalui ciptaan-Nya.
1.4.   Menyebutkan enam rukun iman.
1.5.   Menghafal enam rukun iman.
Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, ketulusan, integritas, peduli, dan jujur.
3
Membiasakan perilaku terpuji.
1.6.Membiasakan perilaku jujur.
1.7.Membiasakan perilaku bertanggungjawab.
1.8.Membiasakan perilaku hidup bersih.
1.9.Membiasakan perilaku disiplin.
Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, ketulusan, integritas, peduli, dan jujur.
4
Mengenal tata cara bersuci (taharah)
1.10.    Menyebutkan pengertian bersuci.
1.11.    Mencontoh tata cara bersuci.
Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, ketulusan, integritas, peduli, dan jujur.
5
Mengenal rukun islam
1.12.    Menirukan ucapan rukun islam.
1.13.    Menghafal rukun islam.
Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, ketulusan, integritas, peduli, dan jujur.

3.      Hubungan kurikulum terhadap psikologi perkembangan anak.
            Psikologi perkembangan anak SD/MI pada umumnya adalah
Ø Masalah kesehatan dan gizi. Semakin bertambahnya tahun, para anak memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan pada anak zaman dahulu, meskipun masih ada saja anak yang tidak terurus. Para orang tua pun rela untuk melakukan apa saja asalkan kondisi anak tetap sehat dan gizi terpenuhi. Jika masalah kesehatan dan gizi anak terpenuhi, maka dalam proses belajar akan mudah diterima oleh anak.
Ø Keluarga. Jika keluarga selalu mendukung si anak dalam belajar, maka anak pun akan semangat belajar meskipun terdapat kendala-kendala ketika sedang belajar.
Ø Anak SD/MI cenderung suka untuk bermain, terutama kelas 1. Menurut Jean Piaget, semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin kompleks susunan sel saraf  dan meningkat pula kemampuannya dalam aspek kognitif, termasuk juga dalam belajar bahasa. Kemudian, belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Menanggapi hal ini, maka guru harus memiliki kreatifitas dalam hal mengajar supaya anak tidak merasa bosan untuk belajar, karena pada usia 7 tahun anak masih suka bermain. Piaget melihat bahwa permainan adalah aktivitas yang dibatasi oleh dan medium yang mendorong perkembangan kognitif anak. Bermain memungkinkan anak mempraktikkan kompetensi dan keahlian mereka dengan cara yang rileks dan menyenangkan. Piaget percaya bahwa struktur kognitif perlu dilatih dan permainan adalah latar yang sempurna bagi latihan ini.[1]
        Analisis kurikulum :
Ø Melafalkan dan menghafalkan surah al fatihah. Dalam hal ini, kurikulumnya sudah tepat, meskipun di TPQ sudah diajarkan, tetapi ini untuk me-review kembali dan ini merupakan pendidikan wajib yang dicetuskan oleh pemerintah. Surah Al-Fatihah merupakan induk dari semua isi Al-Quran dan kurikulum tersebut diletakkan di SD/MI kelas 1 semester 1. Akan terasa lucu jika surah yang dikenalkan pertama kali adalah An-Nas. Jadi, memang seharusnya peserta didik dikenalkan,  dibimbing supaya cara membacanya benar dan harus menghafalkan surah al-fatihah.
Ø Mengenal rukun iman dengan cara menunjukkan ciptaan Allah melalui ciptaan-Nya, menyebutkan enam rukun iman, menghafal rukun iman. Dalam hal ini, kurikulumnya sudah tepat. Memang seharusnya, anak dikenalkan apa itu rukun iman dan komponen-komponennya. Dengan begitu, anak akan berpikir dan bisa membedakan mana ciptaan Allah dan mana ciptaan manusia, selain itu dengan menyebutkan rukun iman maka anak akan beriman, dan takut jika berbuat dosa karena adanya hari kiamat. Ini membawa dampak positif.
Ø Membiasakan perilaku terpuji dengan cara membiasakan perilaku bertanggungjawab, membiasakan perilaku hidup bersih, membiasakan perilaku disiplin. Dalam hal ini, kurikulumnya sudah tepat. Jika anak dikenalkan dan dibiasakan berperilaku terpuji, Insya Allah akan menjadi kebiasaan sampai tua.
Ø Mengenal tata cara bersuci (taharah) dengan cara menyebutkan pengertian bersuci, mencontoh tata cara bersuci. Dalam hal ini, kurikulumnya sudah tepat. Karena anak memang harus tahu bahwa ketika akan sholat harus dalam keadaan suci.
Ø Mengenal rukun islam dengan cara menirukan ucapan rukun islam, dan menghafal rukun islam. Dalam hal ini, kurikulumnya sudah tepat.
                        Dapat disimpulkan bahwa
-       Apabila psikologi perkembangan peserta didik baik, maka hubungannya dengan kurikulum tidak ada masalah, karena menurut Penulis bahwa kurikulum di atas sudah tepat, karena memang materi yang didapat oleh anak SD/MI adalah materi-materi dasar.

4.      Metode belajar yang sesuai dengan peserta didik SDIT.
            Saya sebagai Penulis memilih teori belajar kognitivisme untuk peserta didik SDIT. Berikut alasannya : banyak para ahli dan pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris bahwa belajar sekedar hubungan antara stimulus (apa saja yang diberikan guru kepada siswa) dan respon (reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru). Jadi, dalam teori ini peserta didik adalah pasif. Lalu bagaimana bisa berkembang jika sejak menempuh pendidikan awal peserta didik hanya pasif. Maka dari itu, Penulis memilih teori kognitivistik.
            Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Jadi, teori belajar kognitivistik lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Sehingga, apa yang diperoleh peserta didik masih tersimpan di dalam memori meskipun waktu terus berjalan (tidak sia-sia).
            Dalam teori kognitivisme ini tidak semata-mata guru menyuruh peserta didik untuk berpikir sendiri, hanya saja peserta didik diharapkan untuk aktif. Yang harus dilakukan oleh guru adalah
  Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
  Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak supaya dapat berinteraksi dengan lingkungan.
  Memberi peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
  Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk salimg berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

5.      Kekurangan-kekurangan di dalam Buku Ajar Pendidikan Agama Islam.
     Menurut Penulis, terdapat kekurangan dalam buku tersebut :
Ø         Di dalam buku tidak dituliskan kota terbit, nama penerbit, dan tahun pembuatan.
Ø         Suasana buku tersebut kurang menarik perhatian peserta didik. Ditahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget yaitu Tahap pra-operasional (2-7 tahun ) : Pada tahap ini, anak-anak mulai merepresentasikan dunia dengan menggunakan kata-kata, bayangan, dan gambar, keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional (kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar...[2]
        Seharusnya dalam buku tersebut terdapat gambar berwarna dan dibuatkan peta konsep yang bagus sehingga anak tidak bosan ketika belajar, karena pada dasarnya anak kelas 1 masih suka bermain.










PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Hubungan buku Ajar Pendidikan Agama Islam  terhadap Psikologi Perkembangan Kelas 1 Semester 1 Sekolah Dasar Islam Terpadu Tlogowungu Tahun 2017 sudah tepat dan tidak menyimpang.
2.      Metode belajar yang sesuai dengan peserta didik SDIT Tlogowungu adalah teori belajar kognitivisme. Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Jadi, teori belajar kognitivistik lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Sehingga, apa yang diperoleh peserta didik masih tersimpan di dalam memori meskipun waktu terus berjalan (tidak sia-sia).
3.      Kekurangan dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam adalah Suasana buku tersebut kurang menarik perhatian peserta didik. Ditahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget yaitu Tahap pra-operasional (2-7 tahun ) : Pada tahap ini, anak-anak mulai merepresentasikan dunia dengan menggunakan kata-kata, bayangan, dan gambar, keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Seharusnya dalam buku tersebut terdapat gambar berwarna dan dibuatkan peta konsep yang bagus sehingga anak tidak bosan ketika belajar, karena pada dasarnya anak kelas 1 masih suka bermain.




DAFTAR PUSTAKA

JOHN W. SANTROCK. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rinika Cipta.



[1] JOHN W. SANTROCK, Perkembangan Anak, (Jakarta : Erlangga, 2007), hlm. 217.
[2] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Rinika Cipta, 2004), hlm.38-39.

Tips Jitu Belajar Bahasa Arab yang Menyenangkan Dalam rangka pembekalan Musyrif/ah dan pengurus Mabna periode 2018/2019, Ma’had Ja...