PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang.
Kegiatan penerjemahan sesungguhnya
bukan hal yang baru dalam peradaban manusia. Boleh jadi, penerjemahan sudah ada
sejak peradaban manusia sendiri itu ada.
Di era globalisasi ini komunikasi
lintas bahasa dalam bentuk penerjemahan masih eksis, bahkan cenderung semakin
penting. Tak terkecuali kegiatan penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia juga semakin marak seiring dengan meningkatnya ‘semangat’
keberagamaan umat Islam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku
terjemahan, terutama yang berhubungan dengan khazanah Keislaman, seperti
Al-Quran. Hadis, Tafsir, dan lain-lain.
Kenyataan menggembirakan ini semakin
membuka cakrawala pemikiran umat Islam Indonesia. Umat kian menyadari
pentingnya memperkaya wawasan keagamaan guna menyempurnakan praktik Keislaman
mereka secara kaffah ‘utuh’.
B.
Rumusan
masalah.
1.
Apa saja rangkaian proses
penerjemahan?
2.
Metode apa sajakah yang digunakan
untuk menerjemah?
3.
Bagaimana kualitas terjemahan yang
baik?
PEMBAHASAN
1.
Proses
penerjemahan.
Penerjemahan
adalah proses memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu
(Bsu) ke dalam bahasa yang lain (Bsa) secara sepadan dan wajar dalam
pengungkapannya, sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kesan asing
dalam menangkap pesan tersebut. Dengan definisi seperti itu, ada beberapa
syarat suatu kegiatan pemindahan pesan itu dapat dikatakan sebagai kegiatan
penerjemahan :
-
Melibatkan dua bahasa (Bsu dan
Bsa).
-
Penerjemahan haruslah wajar (sesuai
standar penggunaan yang lazim dalam Bsa). Jadi, syarat yang kedua ini
mengharuskan seorang penerjemah mengetahui bagaimana cara pengungkapan yang
wajar suatu pesan dalam Bsu ke dalam Bsa agar pesan tersebut tidak terasa asing
oleh pembaca atau pendengar, karena terkadang seorang penerjemah bisa jadi
telah memahami pesan Bsu, tetapi dia gagal dalam memahamkan pesan itu ke dalam
Bsa. Dia hanya mampu menerima pesan untuk dirinya sendiri.
Sebagai contoh, ungkapan bahasa
Arab :
من
عرف بعد السفر استعد
Bila kita hanya memperhatikan aspek
leksikal dan gramatikalnya saja, terjemahan yang dihasilkan adalah orang
yang mengetahui perjalanannya jauh maka ia akan bersiap-siap. Namun, bila
ungkapan tersebut diterjemahkan dengan memperhatikan semantis dan pragmatisnya
maka akan dihasilkan terjemahan sedia payung sebelum hujan.
Dalam
menghasilkan pesan teks atau ujaran dalam Bsa yang sesuai dengan pesan teks
dalam Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan :
-
(PROSES 1) Memahami
amanat berupa pesan, gagasan, dan pemikiran yang termaktub dalam teks sumber.
-
(PROSES 2) Mencari
padanan atau ekuivalensi yang paling mendekati dalam bahasa target.
-
(PROSES 3) Merekonstruksi
pesan, gagasan, dan pemikiran penulis teks sumber ke dalam bahasa target.
-
(PROSES 4) Mereview hasil
terjemahan seraya melakukan melakukan berbagai perbaikan dan penyesuaian sampai
terjemahan benar-benar mencerminkan amanat seperti yang termaktub dalam teks
sumber.
2.
Metode –
metode penerjemahan.
Secara umum,
metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih
penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani masalah-masalah
yang dia hadapi selama peoses penerjemahan. Newmark membagi penerjemahan
berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa
target.
Penekanan pada bahasa sumber ada
empat metode :
-
Metode penerjemahan kata demi kata.
Penerjemahan
kata-kata seringkali digambarkan sebagai terjemahan antarbaris dengan bahasa
target berada langsung dibawah kata-kata sumber. Metode ini berfokus pada kata
demi kata dalam bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata.
Contoh :
الم
(1) ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين(2)
Alif lam mim
Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan
di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
لا
|
الكتب
|
ذلك
|
الم
|
tidak
ada
|
al-Kitab
|
itulah
|
Alif lam mim
|
للمتقين
|
هدى
|
فيه
|
ريب
|
Bagi
orang-orang yang bertakwa
|
Petunjuk
|
di dalamnya
|
keraguan
|
-
Metode penerjemahan harfiah
Dalam
penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang
terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau penerjemahan
leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Contoh :
وَلاَ
تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً إِلَى عُنُقِكَ
Artinya: Janganlah biarkan
tanganmu terbelenggu pada lehermu.
Membuat tangan terbelenggu pada
leher berarti “kikir”. Arti secara harfiah yaitu Jangan kikir.
-
Metode penerjemahan setia
Metode
ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh
struktur gramatikal bahasa sumber. Karena ada upaya untuk benar-benar setia
pada maksud dan tujuan Bsu, sehingga masih terkesan kaku.
Contoh:
هُوَ
كَثِيْرُ الرَّمَادِ
Dalam
Penerjemahan kata per kata, ungkapan di atas di artikan : dia banyak abunya. Jika
diartikan dengan penerjemahan Setia, maka hasil terjemahannya adalah: Ia adalah
seorang yang dermawan karena banyak abunya. Banyak abu dalam budaya arab
berarti banyak memasak karena banyak kedatangan tamu.
Dari
terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada Bsu,
meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan
tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis
yang tersurat dalam teks aslinya.
-
Metode penerjemahan semantis.
Berbeda
dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur
estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam batas kewajiban. Selain itu
penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan
penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel.
Contoh:
هُوَ
كّثِيْرُ الرَّمَادِ
Apabila diterjemahkan secara
semantik maka hasil terjemahannya adalah dia orang yang
dermawan.
Sedangkan penekanan pada bahasa
target :
-
Metode penerjemahan bebas
Penerjemahan
bebas berupaya memproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu.
Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk.
Akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya
atau bentuk teks sumber.
Dengan
demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata
sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai
dalam bahasa sasaran.
Contoh:
سبق
السيف الأدلي
Secara setia, ungkapan di atas berarti:
sudah terlanjur pedang terhunus. Tapi, ketika diaplikasikan ke dalam
penerjemahan bebas maknanya lebih mudah diserap : nasi sudah menjadi bubur.
-
Metode penerjemahan idiomatis
Metode
ini bertujuan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi dengan menggunakan kesan
keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan
demikian ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata
sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai
dalam bahasa sasaran.
Contoh :
اليَدُ
العُلْيَا خَيْرٌ مِن اليَدِ السُّفْلَى
Secara kata per-kata diterjemahkan :
tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Jika menggunakan Idiomatik,
diterjemahkan: memberi lebih baik dari pada menerima.
-
Metode penerjemahan komunikatif
Berusaha
mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek
kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca.
Metode
ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan
penerjemahan. Dengan demikian, bahasa sumber dapat diterjemahkan menjadi
beberapa versi bahasa sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.
Contoh :
اَلْحَيُّ
الْمَنَوِي
Diterjemahkan: “Spermatozoon” untuk
para ahli biomedik. Untuk khalayak pembaca umum diterjemahkan dengan “Air
Mani”.
3.
Kualitas
terjemahan
-
Keakuratan.
Aspek
keakuratan mengacu pada sejauh mana tingkat kesepadanan pesan antara teks
sumber dan teks target. Aspek ini harus dijadikan prioritas utama dalam
penerjemahan. Sebab, keakuratan merupakan konsekuensi logis dari konsep dasar
penerjemahan bahwa suatu teks disebut terjemahan kalau teks tersebut memiliki
hubungan padanan dengan teks sumber.
Dalam hal ini hasil terjemahan harus dapat mengomunikasikan makna yang sedapat
mungkin mendekati makna yang dibawa teks sumber. Sekiranya penerjemahan sudah
selesai, membaca ulang hasil terjemahan menjadi keharusan, selama proses ini
berlangsung, penerjemah dapat melakukan proof reading untuk memperbaiki
kesalahan ketik dan tata letak. Selebihnya adalah proses editing ‘penyuntingan’
untuk membenahi bahasa terjemahan, mengoreksi ejaan, memperbaiki preposisi,
memangkas kata-kata yang tidak perlu, mempertajam diksi sehingga hasilnya
semakin bagus dan enak dibaca.
Pemilihan
diksi harus mempertimbangkan aspek register terkait dengan variasi pemakaian
bahasa dalam disiplin ilmu tertentu. Contoh : kata تَقْدِيْرٌ
dalam register ilmu tauhid berarti takdir. Namun, ungkapan شُكْرٌ وَتَقْدِيْرٌ dalam skripsi berbahasa Arab adalah ucapan
terimakasih dan pennghargaan.
-
Kejelasan.
Akurat
saja belum cukup. Keakuratan suatu terjemahan harus dibingkai kejelasan. Apakah
artinya sebuah terjemahan kalau tidak
bisa dipahami pembacanya.
-
Kewajaran.
Aspek
kewajaran berhuubungan dengan efek yang dihasilkan sebuah terjemahan dan tentu
saja bersifat subjektif, sebab tidak terkait dengan persoalan benar - salah hasil
terjemahan. Kewajaran berkenaan dengan nuansa kenyamanan pembaca terjemahan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
1.
Penerjemahan adalah proses
memindahkan pesan yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) ke dalam
bahasa yang lain (Bsa) secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya, sehingga
tidak menimbulkan kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap pesan
tersebut.
2.
Proses penerjemahan : memahami
amanat berupa pesan, gagasan, dan pemikiran yang termaktub dalam teks sumber, mencari
padanan atau ekuivalensi yang paling mendekati dalam bahasa target, merekonstruksi
pesan, gagasan, dan pemikiran penulis teks sumber ke dalam bahasa target, mereview
hasil terjemahan seraya melakukan melakukan berbagai perbaikan dan penyesuaian
sampai terjemahan benar-benar mencerminkan amanat seperti yang termaktub dalam
teks sumber.
3.
Metode penerjemahan menurut Newmark
dibagi menjadi dua yaitu penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada
bahasa target.
4.
Kualitas terjemahan meliputi
keakuratan, kejelasan, dan kewajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Moch. Syarif Hidayatullah. 2017. JEMBATAN
KATA : SELUK BELUK PENERJEMAHAN ARAB-INDONESIA. (JAKARTA : PT. GRASINDO).
M. Zaka Al Farisi. 2011. PEDOMAN
PENERJEMAHAN ARAB INDONESIA : Strategi Metode Prosedur Teknik. (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya).